Lewat Karangan Bunga Rakyat Muak Liat Kelakuan Pejabat Korup

Deretan papan bunga kiriman warga terzalimi bentuk ucapan terimakasih KPK

BERITA PESONA.COM — Puluhan papan bunga yang berisi narasi apresiasi dan dukungan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi berjejer di beberapa lokasi, diantaranya di sepanjang ruas jalan, Jalan Karya Wisata Medan Johor dan Lapangan Merdeka, Kota Medan, Senin 30 Juni 2025.

Apresiasi dan dukungan terhadap KPK ini sehubungan dengan Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK terhadap sejumlah pejabat dan pengusaha beberapa waktu lalu, atas dugaan korupsi suap dan gratifikasi pengerjaan sejumlah proyek pembangunan kontruksi jalan di Provinsi Sumatera Utara, yang bersumber dari APBN dan APBD Tahun 2025.

Bacaan Lainnya

Karangan bunga tersebut berisi ucapan terima kasih kepada KPK atas penangkapan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Topan Ginting dan empat orang lainnya yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap proyek jalan di Sumatera Utara.

Karangan bunga itu diantaranya bertuliskan: “Terima kasih KPK atas ditangkapnya Kadis PUPR Topan Ginting”, dengan berbagai pengirim mulai dari “Stadion Teladan, Lampu Pocong dan Lapangan Merdeka”, “Korban Galian Drainase”, hingga “Warga yang Terzalimi”.

Pemerhati sosial, Abyadi Siregar menyebut bahwa munculnya karangan bunga ini merupakan bentuk ekspresi kekecewaan masyarakat terhadap perilaku korup pejabat dan pengusaha dalam pengelolaan anggaran pembangunan.

“Rakyat Sumut tentunya sudah “Muak” atas masih maraknya perilaku korupsi di kalangan pejabat dan pengusaha dalam proses pengadaan barang dan jasa yang bersumber dari anggaran negara APBN dan APBD. Lewat karangan bunga, rakyat mengekspresikan kekecewaaannya,” nilai mantan Ketua Ombusman Perwakilan Sumut ini kepada Beritapesona.com, Selasa 1 Juli 2025.

Abyadi Siregar, putra kelahiran Kota Padangsidempuan, Sumut ini menilai ekpsresi rakyat lewat karangan bunga ini menjadi pertanda peringatan keras terhadap pemerintah daerah, penyelenggara negara dan aparat penegak hukum untuk bersih dari perilaku korupsi.

Menurutnya, aksi ini juga merupakan sinyal kritik terhadap kepemimpinan Gubernur Sumut Bobby Nasution, yang belum genap enam bulan menjabat. Menurutnya, banyak pejabat yang selama ini merasa ‘terlindungi’ karena kedekatan dengan Bobby ketika masih menjabat Wali Kota Medan.

“Sejak kekuasaan nasional bergeser, kekuatan Bobby ternyata tidak sekuat dulu. Penangkapan Topan Ginting, salah satu pejabat kepercayaannya, menjadi bukti nyata,” nilai Abyadi Siregar yang juga seorang jurnalis ini.

Lebih lanjut, Abyadi Siregar menyatakan bahwa gelombang dukungan terhadap KPK mencerminkan harapan masyarakat yang selama ini kecewa atas lambannya penanganan berbagai kasus hukum, terutama yang melibatkan lingkaran kekuasaan di era pemerintahan sebelumnya.

“Masyarakat mulai menaruh harapan besar kepada KPK. Mereka ingin kasus-kasus lain yang juga sarat dugaan korupsi seperti proyek Blok Medan, Lapangan Merdeka, dan Kebun Bunga diusut hingga tuntas. Seluruh proyek itu menghabiskan anggaran besar dari APBD, tapi hasilnya justru tidak memuaskan,” tegasnya.

Fenomena karangan bunga ini menjadi simbol kuat bahwa publik tidak tinggal diam. Mereka bersuara dengan cara damai, namun penuh makna, meminta penegakan hukum yang adil dan transparan, serta bersih dari intervensi politik.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *