Kesabaran Yang Kerap, Menjadi Maksiat Dalam Runutan Hamba Allah SWT – Beberapa Hal ? Karena belum miliki di hati sabar tak berbatas

Assalamualaikum wr.wb
Umatinaa Nabi Muhammad SAW Wa Ahli Jannah Wa Ahli Kitabullah Al-Qur’anul Karim, Wa Ahli Lailahailallah Riyadhohus Sholihin, Minal Mukminina Wal Mukminat, Muslimina Wal Muslimat, Wa Shoimina Rahmatan Lil Aalaamiin…

Kalamullah Ilmi Faridhotamina Allah Wa Syafaa’tina Muhammad SAW*

Tabligh kali ini di hari mulia, semoga sehat wal’afiat selalu dihaturkan ilmu bermanfaat, dan dimuliakan segala urusan-Nya dalam keseharian beribadah dijalan kebenaran (senantiasa menabur kebaikan dan menjadi lebih benar memanfaatkan nilai waktu sebaik-baiknya).

Imam Ibnu Qayyim, berkata :

معاصي اللسان فاكهة الإنسان؛ كالنميمة، والغيبة، والكذب، والمِراء، والثناء على النفس تعريضا وتصريحا، وحكاية كلام الناس، والطعن على مَن يبغضه، ومدح مَن يحبه، ونحو ذلك.

فتتّفق قوة الداعي وتيسّر حركة اللسان، فيضعف الصبر.

ولهذا قال صلى الله عليه وسلم لمعاذ رضي الله عنه: (أمسِكْ عليك لسانك)
فقال: وإنّا لَمؤاخذون بما نتكلّم به؟
فقال: (وهل يكبّ الناس في النار على مناخرهم إلا حصائد ألسنتهم؟!)

ولا سيما إذا صارت المعاصي اللسانية معتادة للعبد، فإنه يَعِزّ عليه الصبر عنها، ولهذا تجد الرجل يقوم الليل، ويصوم النهار، ويتورّع من استناده إلى وسادة حرير لحظة واحدة، ويُطلق لسانه في الغيبة، والنميمة، والتفكّه بأعراض الخلق، والقول على الله ما لا يعلم! (2025/9/22)

“Maksiat-maksiat yang berasal dari lisan merupakan buah santapan manusia; seperti mengadu domba, ghibah, mengumpat, berdusta, memuji diri sendiri dengan halus maupun mentertawakan hal menjurus disengaja atau tidak tersengaja, secara terang-terangan, menceritakan ucapan orang lain, mencela orang yang dibenci, memuji orang yang disukai, dan sebagainya. Apakah ada hal di diri masing-masing?

Maka kekuatan dorongan bertepatan dengan mudahnya gerakan lidah, sehingga membuat kesabaran menjadi lemah.

Karena inilah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Mu’adz radhiyallahu ‘anhu,

أمسِكْ عليك لسانك.

“Menjaga Faedah Lisanmu,(Tutur)!”

Mu’adz berkata, “Apakah kita akan dihukum atas apa yang kita ucapkan?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

وهل يكب الناس في النار على مناخرهم إلا حصائد ألسنتهم؟!

“Apakah ada yang melemparkan manusia di dalam neraka dengan mendahulukan wajah-wajah mereka selain hasil dari panen dari lisan-lisan mereka?”

Apalagi jika maksiat-maksiat lisan telah menjadi kebiasaan bagi seorang hamba, maka akan sulit baginya menuai arti sabar menghindarinya.

Karena inilah engkau akan menjumpai seseorang yang biasa shalat (ibadah), berpuasa di siang hari, dan hati-hati jangan sampai bersandar pada nilai ketamakan dalam ketercelaan diri sendiri.

tetapi dia mengumbar lisannya untuk ghibah, mengadu domba, menjadikan kehormatan orang lain sebagai buah bibir, serta berbicara atas nama Allah tanpa ilmu! seperti mudah sekali ucapkan “Demi Allah”, yang mendasari hak dan kewajiban belum terpenuhi.

bagaimana etositas mengurangi hal-hal tersebut dalam mengunci hak lisan, agar tidak berbuat sesuai kadarnya diatas?

Pertama,

• mengusahakan membasahi awal basmallah sebelum bercakap-cakap dengan seseorang pada ketentuan salam, secara baik dan benar.

Kedua,

• dzikir di hati sebanyak mungkin ketika setiap berbicara dalam untaian “Syaiful Istighfar.”, “Allah-Allah”, “Ya Nabi Ya Nabi”, “Subhana Allah – Walhamdulillah – Lailahailallah – Allahu Akbar “.

Ketiga,

• Ucapkan akhir penutup dengan kalimat tauhid, lailahailallah atau salam akhir kepada siapapun dalam mengakhiri berbicara pada rekan, sahabat, ataupun (orang yang dikasihi). inilah hal yang kerap sering dilakukan pada suri tauladan Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya.

Keempat,

• Mendirikan Shalat Taubat 2 Raka’at, saat di hari yang sama ( menjaga nilai adab bilamana ada salah dalam sehari-hari aktifitas).

Selamat menghadirkan disetiap sisi kehidupan dunia yang tak ada habisnya dikejar, akan tetapi dapatkan faedah akhirat menuai nilai mulia diakhir hayatnya pun tertolong sebelum meninggal dunia dari sehela nafas panjang berhenti.

Semoga amaliyah ini bermanfaat, berbagi keilmuan dalam bentuk menjadikan suri tauladan iman dan taqwa memiliki peran integritas kepada Allah SWT (bukan bersandar pada manusia, yang sebatas syar’iat tetapi mencakup dalam pencapaian tujuan di keridhoan Allah SWT meneruskan akhlakul karimah baginda Rasullullah SAW).

Aamiin ya mujibu syakiriinaa fiddinn wa duniyah wal akhiro (Wid)

Wa’akhiru dakwahum suma’ salam~ wassalamu’alaikum wr.wb

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *