Beritapesona.com – Kepala Kejaksaan Negeri Pasaman, Sumatera Barat, Sobeng Suradal, SH. MH mengundang Dona Lubis, Bidan Desa yang viral di media sosial, menyeberangi sungai demi menyelamatkan nyawa seorang pasiennya ke Kantor Kejari Pasaman, Senin 4 Agustus 2025.
Dona Lubis viral dengan aksi heroiknya. Dia nekat mempertaruhkan nyawanya dengan menyeberangi sungai dengan arus deras demi mengobati seorang pasien Tuberkulosis (TBC) di Kejorongan Sinuangon, Nagari Cubadak Barat, Kabupaten Pasaman.
Kajari Pasaman Sobeng Suradal mengaku bangga dan terharu dengan aksi heroik Dona Lubis, bidan desa yang viral beberapa waktu lalu. Sobeng Suradal mengaku kagum atas aksi nekat Dona Lubis, memprioritaskan keselamatan warga yang sedang sakit dalam membutuhkan perawatan dari petugas medis.
“Keren ini si ibu bidan. Inilah hakikat implementasi dedikasi dan tanggung jawavb atas profesi yang dijalankan ibu bidan. Melayani dengan hati, mengedepankan hati nurani. Salut saya sama ibu,” ujar Kajari Pasaman Sodeng Suradal dalam pertemuan hari itu di ruangan kerjanya.
Sobeng Suradal, atas nama pribadi dan juga jajaran Kejari Pasaman mengapresiasi atas tindakan heroik Dona Lubis.
Pada pertemuan ini, Sobeng Suradal mengganjar bidan desa ini dengan memberikan piagam penghargaan dan tali kasih.
“Teruslah berbuat kebaikan kepada sesama. Kerja tulus ikhlas dan melayani dengan hati,” pesan Sobeng Suradal.
Dona tak menyangka bahwa momen dirinya berenang menyeberangi sungai tersebut direkam dan dibagikan di media sosial.
Ia mengaku terharu dan ingin menangis saat videonya menjadi viral. Ia berharap kejadian seperti ini tidak perlu terulang, dan infrastruktur kesehatan di daerah terpencil bisa segera diperbaiki.
Momen Dona berenang di tengah derasnya arus sungai dan menantang nyawa ini viral di media sosial. Dona bercerita peristiwa itu terjadi pada Jumat 1 Agustus 2025 lalu.
Saat itu seorang warga yang sakit meminta bantuannya untuk diperiksa.
Namun saat itu, jembatan yang menjadi akses penghubung warga untuk melintasi sungai putus total tidak bisa dilalui.
Untuk menuju ke rumah warga tersebut, jarak yang harus ditempuh Dona sejauh 26 kilometer dari kediamannya di Jorong Setia, Nagari Simpang Tonang Selatan, Kecamatan Duo Koto. Butuh waktu sekitar satu jam.
Dona menjelaskan beberapa hari sebelumnya, pasiennya ini telah menghubunginya untuk meminta pemeriksaan kesehatan. Namun ketika itu, ia sedang melaksanakan pelatihan di Pekanbaru, Riau.
“Setelah pulang dari Pekanbaru ini saya langsung berangkat menuju rumah pasien. Saya mengunakan ojek, saat itu kondisi cuaca hujan, sehingga terpaksa memakai mantel hujan,” kata Dona.
Saat di pertengahan jalan, Dona mendapat kabar bahwa jembatan untuk melintasi sungai putus pada malam harinya. Awalnya, ia berpikir jembatan itu masih bisa dilalui dengan berjalan kaki. Namun ternyata prediksi Dona salah. Jembatan tersebut benar-benar putus total, hanya tinggal pondasi yang melintang berukuran kecil. Tidak mungkin dilalui, berlumpur dan licin.
“Saya memutuskan untuk turun ke sungai. Mantel hujan yang saya pakai, saya lepas, pasangkan ke tas saya biar tidak basah. Lalu saya masuk ke sungai dan berenang,” ungkapnya.
Dona menceritakan, bajunya sampai basah kuyup dalam perjalanan. Baginya, tantangan seperti ini adalah bagian dari dedikasi sebagai tenaga kesehatan.
”Ini jadi tantangan tersendiri bagi kami tenaga kesehatan dalam menyelamatkan nyawa masyarakat,” tambahnya.
Daerah Kejorongan Sinuangon dan Batang Kundur memang merupakan daerah pedalaman terluar di Kecamatan Dua Koto.
Putusnya jembatan membuat sekitar 150 kepala keluarga terisolasi. Warga, termasuk anak-anak sekolah, terpaksa menyeberangi sungai dengan risiko tinggi.